SIFAT KHAS INDIVIDU
DALAM AKTIVITAS BELAJAR
Setiap orang itu dilahirkan sebagai
makhluk individu. Individu berasal dari kata latin “individuum”, yang artinya
“yang tak terbagi”. Menurut Dr. A. Lysen, kata individu bukan berarti manusia
sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai suatu
kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan. Jadi individu
merupakan manusia perseorangan atau suatu makhluk yang sebagai kesatuan
terbatas.
Jika kalau kita perhatikan
orang-orang yang ada di sekeliling kita, kita akan menemukan bahwa tidak ada
satu manusia pun di dunia ini yang sama persis dalam segala hal dengan orang
lain. Baik dari segi fisik mungkin mirip, misalnya pada orang kembar, tetapi
dari segi kepribadian atau sifatnya itu sangat sulit kita menemukan orang yang
sama persis atau sama sifat dan kepribadiannya dengan orang lain. Karena setiap
orang berbeda atau setiap individu adalah manusia yang khas, memiliki karakter
dan sifat yang berbeda tidak ada yang sama.
Setiap satu individu itu senantiasa
berhubungan dengan individu yang lain, karena yang mana individu yang satu
dengan yang lainnya memiliki ketergantungan. Dengan kata lain, setiap individu
saling membutuhkan. Tidak ada manusia sebagai individu yang mampu hidup sendiri
dari ia sejak lahir sampai dewasa tanpa ada bantuan dengan orang lain.
Begitu pula dalam proses
belajar. Dalam proses belajar, kita akan banyak membutuhkan bantuan dari orang
lain pasti sangat membutuhkan bantuan orang lain. Karena suatu proses
pembelajaran atau pendidikan itu tidak akan mungkin dilakukan oleh satu
individu saja. Pasti akan ada individu-individu yang lain terkait dan berperan
dalam proses pembelajaran atau pendidikan tersebut dalam membantu kita
individu.
Yang dimaksud dengan pendidikan disini adalah tidak hanya
pendidikan formal saja, tetapi juga ada pendidikan
non-formal. Yang mana pendidikan
formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi seperti TK, SD, SMP, SMA, dan UNIVERSITAS atau PERGURUAN TINGGI lainnya
dan Pendidikan formal terdiri itu dari
pendidikan formal yang berstatus negeri dan pendidikan fomal
berstatus swasta.
Individu-individu yang berperan dalam pendidikan formal
adalah pendidik dan peserta didik. Yang termasuk pendidik adalah guru atau
dosen. Sedangkan yang dapat disebut peserta dididk adalah siswa ataupun
mahasiswa.
Pendidikan non-formal adalah jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat berupa pendidikan langsung dan tidak langsung.
Pendidikan langsung yang dimaksud disini adalah berupa kursus maupun bimbingan
belajar seperti kursus Bahasa Inggris, matematika DLL. Sedangkan yang dimaksud pendidikan tidak langsung
adalah pendidikan yang didapat secara tidak langsung dari proses sosialisasi
atau interaksi dengan individu lain di lingkungan sekitar yang mana Individu-individu yang berperan dalam pendidikan
non-formal ini adalah individu-individu yang berada di lingkungan
sekitar kita. Baik orang tua, keluarga, sahabat, teman sebaya, maupun
masyarakat.
A.
Sifat khas individu
Dalam setiap individu mempunyai
sifat khas/khusus dalam setiap aktivitas belajar di sekolah atau dimanpum
berada, karena kepribadian yang yang satu dengan yang lainnya tidaki sama, ada
yang sama tetapi pasti ada sesuatu yang tidak sama sedangkan anak kembar aja
kepribadiaanya saja beda. Kalau sifat khas individu dalam aktivitas belajar,
ada dari segi positif dan negatif nya.
Adapun dari segi positif ialah sbb :
1.
Selalu menghargai gurunya dalam belajar
Seorang individu dalam setiap belajarnya selalu menghargai guunya, ia
menganggap guu adalah seorang orang tua pengganti di sekolah, yang mana guru
itu yang selau membimbing di sekolah dan membinanya supaya lebih hebat atapun
menjadi ia orang yang lebih berguna lagi bagi bangsa negara dan agama.
2.
Selalu memperhatikan guru mengajar
Disetiap aktivitas belajarnya seorang siswa itu sangat memperhatikan seorang gurunya dalam
mengajar kepada muud-muridnya, karena ia menganggap tanpa seorang guru ia tidak
tahu apa-apa atau ilmu yang ada didunia ini. Contoh :
a.
Dia sedang memperhatikan contoh yang sedang
diberikan oleh dosennya.
b.
Dengan
penuh perhatian dia mengikuti kuliah yang diberikan oleh dosen yang baru iru
Kedua contoh
diatas mempergunakan kata perhatian. Arti kata tersebut, baik di masyarakat
dalam hidup sehari-hari maupun dalam bidang psikologi kira-kira sama. Karena
itulah maka definisi mengenai perhatian itu yang diberikan oleh para ahli
psikologi juga ada dua macam, yaitu kalau diambil intinya saja dapat dirumuskan
sebagai berikut:
-
Perhatian
adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu objek.
-
Perhatian
adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyadari sesuatu aktivitas yang
dilakukan.
3.
Selalu mengamati guru dalam belajar
Dalam setiap aktivitas belajar
seorang individu (murid) harus memperhatikan gurunya mengajar, selain mengajar
seorang murid itu haus mengamati apa yang disampaikan seorang guru terhadap
dirinya. Bahwa setiap pelajaran yang diberikan harus diamati supaya mengerti
pelajaan tersebut. Karena setiap orang yang belajar selalu memperhatikan guru
atau dosennya ia tidak amati ilmu yang di berikan kepanya seorsng individu itu
tidak akan menyeap kepada otaknya menyeluruh, akan cepat hilang atau lupa ilmu
yang sudah diberikan tersebut.
Adapun dari segi negatifnya ialah
sebagai berikut :
1.
Tidak menghargai guru
Kebanyakan seorang individu dalam aktivitasnya banyak yang tidak menghargai
gurunya, ini disebabkan ia merasa sudah lebih tahu dari gurunya jadi ia tidak
menhargai gurunya.
2.
Tidak memperhatikan gurunya mengajar
Seorang individu tidak mempehatikan gurunya mengajar dikarenakan pikirannya
hanya terfokuskan dengan luar ruangan atau hanya dengan bermain-main saja,
disebabkan individu itu mempunyai masalah-masalah yang di hadapinya ataupun
karena pengaruh keaktivitasnya pyang hanya ingin bersenang-senang, tidak mau
belajar DLL.
3.
Tidak mengamati gurunya mengajar
Apabila seorang individu tidak memperhatikan gurunya mengajar, pasti ia
tidak akan bisa mangamati pelajaran tersebut, karena memperhatiakan dan
mengamati pelajaran adalah suatu kombinasi yang ideal untuk cepatnya mengerti
sebuah pelajaran.
B.
Sebab-sebab
Berbagai hal sebab-sebab sifat khas individu dalam aktivitas belajarnya,
dan biasanya sifat individu dalam aktivitasnya belajar yaitu :
1.
Faktor intrensik
Yaitu faktor yang mana motivasi belajar siswa itu muncul di dalam dirinya
sendiri, kalau seorang individu itu ingin mendapatkan ilmu yang dibeikan
seorang guru tersebut ua harus menghargai, mempehatikan , dan mengamati gurunya
dalam aktivitas belajar. Kalau tidak ada moivasi belajar individu itu maka ia
tidak selalu menghargai, menmperhatikan, dan mengamati gurunya.
2.
Faktor ekstrensik
Faktor ini adalah yang mana motivasi
belajar siswa itu muncul dari orang lain, bisa juga motivasi belajar siswa itu
hilang karena orang lain seperti :
·
Orang tua
Keluarga
terutama orang tua, memiliki peranan yang sangat penting dalam proses
pendidikan. Karena pendidikan pertama dimulai dari lingkungan keluarga. Ketika
seorang anak lahir, ia belum tahu apa-apa, belum mengenal siapa dirinya. Orang
tualah yang mengasuhnya, merawatnya, dan secara tidak langsung memberikan
pendidikan bagi anak tersebut. Sehingga ia mulai bisa berbicara, merangkak,
bahkan berjalan.
Orang
tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai
lembaga pendidikan tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan.
Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena
sebagian besar kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan
yang paling banyak diterima anak adalah dari dalam keluarga.
Keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar. Oleh
karena itu, lingkungan keluarga sangat mempengaruhi proses belajar anak. Faktor
dari keluarga yang dapat menimbulkan permasalahan belajar anak adalah:
-
Pola asuh
orang tua
-
Hubungan orang
tua dan anak
-
Keadaan
ekonomi keluarga
-
Keharmonisan
keluarga
-
Kondisi rumah
·
Guru atau dosen
Efektivitas
dan efisiensi belajar individu di sekolah sangat bergantung kepada peran guru
atau pendidik. bahwa dalam pengertian
pendidikan secara luas, seorang guru yang ideal seyogyanya dapat berperan
sebagai :
-
Konservator (pemelihara) system nilai yang
merupakan sumber norma kedewasaan;
-
Inovator (pengembang) system nilai ilmu
pengetahuan;
-
Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai
tersebut kepada peserta didik;
-
Transformator (penterjemah) sistem-sistem
nilai tersebut melalui penjelmaan dalam pribadinya dan perilakunya, dalam
proses interaksi dengan sasaran didik;
-
Organisator (penyelenggara) terciptanya
proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada
pihak yang mengangkat dan menugaskan) maupun secara moral (kepada sasaran
didik, serta Tuhan yang menciptakannya).
Pendidikan di sekolah bukan sekedar bertujuan untuk melatih siswa supaya
“siap pakai” untuk kerja atau mampu meneruskan ke jenjang pendidikan berikutnya
atau mencapai angka rapor, melainkan untuk membentuk peserta didik manjadi
manusia sejati. Proses pembentukan manusia sejati sudah mulai sejak anak hidup
dalam keluarga, kemudian dilanjutkan di sekolah, di masyarakat, di dunia kerja
dan di lingkungan sekitar.
·
Lingkungan
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa juga
mempengaruhi proses belajar anak. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran, dan banyak teman sebaya di lingkungan yang tidak sekolah dapat
menjadi faktor yang menimbulkan kesukaran belajar bagi siswa. Misalnya siswa
tidak memiliki teman belajar dan diskusi maka akan merasa kesulitan saat akan
meminjam buku atau alat belajar yang lain.
·
Teman sebaya
Lingkungan
yang baik akan membantu anak untuk belajar. Di lingkungan yang kondusif, anak
akan lebih mudah untuk menerima pelajaran. Individu-individu yang berada di
lingkungan sekitar juga sangat berperan dalam proses pendidikan seorang anak.
Teman
sebaya atau sahabat sangat berperan dalam pembelajaran sosialisasi bagi anak.
Proses pembelajaran dalam memasuki kelompok sebaya merupakan proses
pembelajaran kepribadian sosial yang sesungguhnya. Anak-anak belajar cara
mendekati orang asing, malu-malu atau berani, menjauhkan diri atau bersahabat.
Anak belajar bagaimana memperlakukan temannya. Ia juga belajar apa yang disebut
jujur saat ia melakukan permainan bersama teman sebayanya.
Teman sebaya dapat mempengaruhi proses belajar anak, baik
teman sebaya dalam lingkup sekolah maupun tempat tinggal atau masyarakat. Pada
usia anak-anak dan remaja, jiwa yang dimiliki masih labil, emosional, pemarah,
dan juga rasa egois sangat besar. Biasanya tejadi kekerasan di sekolah yang
dilakukan oleh teman sebaya atau kawan bermain. Hal tersebut disebabkan oleh
perbedaan atau bahkan persaingan yang menimbulkan sikap saling mengejek,
mendorong, memukul bahkan kekerasan verbal.
Kekerasan sebagai gangguan emosi pada dasarnya tidak
hanya menyerang orang lain, tetapi juga menyerang diri sendiri. Persoalan
kekerasan dilihat dari lapangan psikologi pendidikan mencoba mengarahkan pada
lingkungan sekolahtempat anak belajar berinteraksi dengan teman sebaya.
DAFTAR PUSTAKA
·
Laura A.King(2010).Psikologi
umum.Jakarta : Salemba Humanika
·
Prof. Dr. Bimowalgito(2010).Psikologi
umum.Yogyakarta : Andi Yogyakarta
· http://id.wikipedia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar